Ngobrolin music Jamaika pasti otak Anda langsung kebayang sama Bob Marley, para rastaman, ganja, dan rambut gimbal. Tapi ternyata gak sesimpel itu. Ada beberapa hal yang selama ini dipahami oleh kebanyakan orang justru melenceng dari tujuan sebenarnya. Supaya gak berlama-lama salah kaprah, mari kita korek sejarahnya bersama-sama.
Semua berawal dari Jamaika. Music Jamaika berasal dari tradisi para budak Afrika yang bercampur aduk dengan music lain. Jonkanoo dan calypso merupakan influens yang ngasih input dalam perkembangan music ini. Interaksi para budak Afrika dengan kaum majikan yang berasal dari Eropa pun lambat laun membekaskan produk silang budaya yang akhirnya menjadi music Jamaika. Dari tahun ke tahun musikitu termodifikasi dan bermetamorfosis jadi gaya musikyang macem-macem. Ada mento, ska, rocksteady, sampe reggae.
Musik reggae sebagai salah satu cabang music Jamaika semakin terkenal di seluruh dunia gara-gara Bob Marley. Btw music reggae sebenernya gak ada kaitannya dengan rastafaria yang biasa pakai warna merah-kuning-hijau sebagai symbol meraka. Imej yang melekatkan dua hal ini adalah karena Bob Marley kebetulan juga menganut paham rastafaria. Dari situ, pata rastaman lain pun ikut-ikutan jadi suka sama music reggae. Tapi tetep, gak semua rastaman suka music reggae tuh..!
Pencinta music reggae jaman sekarang sangat identik dengan budaya dreadlock dan ganja. Padahal gak mesti gitu. Jaman dulu, penganut rastafaria sering bersentuhan dengan ganja dikarenakan aktifitas ritual tertentu yang menurut mereka cumin bias kesampaian dengan media ganja. Begitu juga dengan dreadlock. Penerapan gaya ini dilakukan karena ada sisi historis yang bagi para rastaman gak bias ditinggalin. Dan hal itu menyangkut banyak aspek yang menyangkut falsafah hidup, budaya, perjuangan, adat istiadat, dan panggilan nenek moyang. Kalo jaman sekarang sih dreadlock dipake Cuma sekedar gaya aja. Parahnya lagi ganja juga banyak diisep buat ngobatin nganggur. Ah, tragis banget sih nasib mereka..!! (source:kOrt)
